Metode Eksperimen

A.    Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode yang dipergunakan oleh penyelidik terhadap obyeknya dengan jalan mengadakan eksperimen-eksperimen. Digunakannya metode eksperimen, jika penyelidik ingin menemukan kebenaran atas pendapat-pendapat orang lain tentang sesuatu.
Misalnya: apakah benar pada masa pemuda perasaan mudah tersinggung?
Si A sedang berada dalam jalinan saling mencinta dengan seorang gadis. Si gadis oleh penyelidik dipergunakan sebagai alat untuk mengadakan percobaan. Si gadis mempunyai saudara sepupu laki-laki yang baru datang dari kota lain, dan yang belum dikenal oleh si A. Pada malam minggu yang telah dijanjikan si A akan datang, pencoba meminta tolong kepada saudara sepupunya, untuk memancing perasaam si A, dengan duduk berdekatan dengan si X (gadis tersebut) sebelum kedatangan si A. Dari tempat lain, penyelidik mengamati keadaan si A, dengan mengadakan pencatatan-pencatatan atas tindakan, perilaku dan segala reaksinya atas keadaan gadisnya tersebut.
Apakah hasilnya?
    Wajahnya, mula-mula pucat.
    Sesudah berkenalan, menjadi merah padam.
    Lama suasana sepi.
     Si A tak bernafsu untuk bicara.
    Matanya dengan tak terus terang mengamati kelakuan si X terhadap pemuda yang disampingnya.
    Dan sebagainya.
Setelah dijelaskan bahwa pemuda tersebut adalah saudara sepupunya, ternyata reaksi si A menjadi lain. Si A nampak malu. Karena salah sangka dan waktu itu sudah hampir meninggalkan tempat gadisnya karena hampir tidak dapat mengendalikan amarahnya.
B.    Metode Eksperimen
Cara ini dilakukan biasanya didalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen. Satu hal yang penting di sini adalah bahwa orang yang melaksanakan eksperimen tersebut (eksperimenter) harus dapat menguasai situasi, yang berarti bahwa eksperimenter harus dapat menimbulkan atau menghilangkan berbagai macam situasi sesuai dengan kehendaknya. Dengan menimbulkan atau meniadakan situasi-situasi tertentu maka eksperimenter dapat melihat reaksi-reaksi tertentu pula dari orang yang sedang diperiksa. Dengan perkataan lain, situasi dalam eksperimen adalah sengaja dibuat.
Metode ini hanya mencari hukum-hukum saja mengenai berbagai tingkah laku dan kurang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual.
Salah satu contoh dari penggunaan metode ini adalah dalam pengukuran waktu reaksi. Dalam laboratorium disediakan sebuah alat yang dilengkapi dengan bel, lampu, tombol-tombol, dan jam otomatis. Eksperimen bisa membunyikan bel atau menyalakan lampu sekehendak hatinya melalui alat-alat kontrol tertentu. Orang yang diperiksa harus bereaksi secepat mungkin dengan cara menekan tombol-tombol dihadapannya begitu ia mendengar bel berbunyi atau melihat lampu menyala. Waktu antara berbunyinya bel atau menyalanya lampu dengan ditekannya tombol akan dicatat dengan sangat teliti oleh jam otomatis. Percobaan ini dilakukan terhadap sejumlah besar orang yang terdiri atas pria dan wanita. Waktu reaksi sekian banyak orang itu kemudian dihitung rata-ratanya dan dibandingkan untuk mencari hukum-hukum tertentu. Misalnya, didapat dari eksperimen di atas bahwa waktu reaksi pria adalah lebih cepat dari pada waktu reaksi wanita. Kesimpulan ini adalah umum sifatnya, karena tidak diperdulikan di sini bahwa mungkin saja ada satu orang wanita tertentu yang lebih cepat dari pada seorang pria tertentu lainnya.

C.    Metode Eksperimen
Dalam eksperimen, peneliti sengaja menimbulkan gerak laku atau pernyataan jiwa seseorang melalui rangsangan-rangsangan. Segala reaksinya diamati dan dicatat dengan teliti. Peristiwa yang terjadi selama eksperimen itu bisa diulangi pada waktu yang lain bila diperlukan, disinilah letak kelebihan metode ini. Kelemahannya adalah karena situasinya merupakan situasi buatan, maka anak bisa berpura-pura, atau dapat juga menyebabkan anak terpengaruh karena situasi itu.
Dalam suatu eksperimen yang perlu diperhatikan adalah variabel-variabel seteliti mungkin, yaitu variabel-variabel bebas (independent-variable) yang mempengaruhi variabel terikat (dependent-variabel). Misalnya penelitian pada sekelompok anak mengenai pengaruh kelompok bermain terhadap perkembangan bangsa. Dalam hal ini harus diperhatikan dan mempertimbangkan semua variable bebas yang mungkin  mempengaruhi perkembangan bahasa anak, seperi umur, jenis kelamin, status sosial, kondisi fisik, pendidikan orang tua dan variabel-variabel lain yang mungkin mempengaruhi perkembangan bahasa anak, sebelum dilakukan tes bahasa terhadap anak.
Tokoh yang pernah menggunakan metode ini adalah Gustav Fechner tahun 1860 dan Wilhelm Wundt pada tahun 1874 dengan laboratorium psikologinya yang pertama kali didirikan.

D.    Metode Eksperimen Tentang Jiwa.
Maksud suatu eksperimen ilmu jiwa adalah untuk “menguji” hipotesa dugaan pembuat eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam situasi tertentu atau di bawah kondisi-kondisi tertentu. Eksperimen berbeda dengan observasi yang dikontrol dalam arti bahwa situasinya secara relatif “tiruan (artificial)” pada yang pertama dan kurang lebih wajar pada yang kedua.
Sesudah si pembuat eksperimen mempunyai konsep yang jelas dan cermat tenatng faktor-faktor eksperimennya, ia paling sedikit membuat dua kelompok: yang satu kelompok eksperimen; yang lain kelompk kontrol yang bersamaan sedekat mungkin dengann kelompok eksperimen kecuali untuk faktor eksperimen atau variabel bebas (independent variables) yang dikontrol oleh pembuat eksperimen.
Kelompok kontrol berfungsi sebagai penngecek sejauh mana variabel bebas mempengaruhi kelompok eksperimen. Ukuran pelaksanaan (performance) dalam suatu eksperimen yang dipengaruhi oleh faktor eksperimen disebut variabel tergantung (dependent variables).
Kebenaran hasil suatu eksperimen di laboratorium sebagian beasr tergantung kepada tingkatan di mana kelompok eksperimen dan kelompo kontrol berbeda hanya ada dan tidak adanya faktor eksperimen yang berhubungan. Dalam ilmu pengetahuan alam “murni” secara relatif mudah untuk mencapai variabel-variabel kontrol; dalam ilmu-ilmu sosial hal ini secara relatif adalah sukar.
Eksperimen yang dilakukan di laboratorium ilmu jiwa lebih mampu untuk memenuhi kondisi-kondisi yang ketat ini tinimbang yang mungkin dilakukan dalam situasi-situasi di luar laboratorium, seperti kelas-kelas sekoah atau kelompok lingkungan masyarakat besar. Meskipun penyidik berusaha untuk memasangkan kedua kelompok itu, orang perorang, di dalam semua variabel kecuali variabel bebas, akan tetapi sifat-sifat manusia itu sendiri sangat beraneka ragam sebinggga faktor-faktor individual yang diharapkan barangkali tidak terus tetap konsisten selama proses eksperimen itu berjalan.
Eksperimen-eksperimen ilmu jiwa, yang mula-mula dilakukan dalam laboratorium terbatas pada suatu isi khusus seperti waktu reaksi, pendirian dan belajar dengan asosiasi. Pada masa sekarang ini penyelidikan-penyelidikan eksperimental diusahakan dalam banyak bidang tingkah laku individu dan hubungan-hubungan kemanusiaan. Sebagai akibatnya bukan saja si pembuat eksperimen harus melatih kecermatan yang besar di dalam perencanaan eksperimen itu, akan tetapi ia juga – seperti halnya dengan ahli-ahli ilmu jiwa lainnya – harus menguji kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari eksperimen yang asli dengan sejumlah pengulangan-pengulangan di mana fakotr-faktor eksperimen dipelajari dalam sebanyak mugkin situasi-situasi yang dipengaruhi olehnya.
Suatu contoh. Pengarang melakukan suatu eksperimen mengenai pengaruh belajar di dalam kelas terhadap keefektifan penguasaan ilmu jiwa pendidikan. Kelompok-kelompok kontrol dan eksperimen dipasangkan sesuai dengan tingkat kecerdasan, latar belakang pengetahuan dalam ilmu jiwa dan tingkatan perguruan tinggi. Faktor eksperimen (FE) adalah kenyataan bahwa untuk kelompok kontrol dipergunakan cara mengajar dan proses belajar yang tradisional, yaitu mahasisiwa menerima tugas-tugas membaca harian di kuar kelas yang diikuti dengan diskusi kelas tentang materi yang dipelajari.
Kelompok eks[erimen berjanji tidak melakukan persiapan apapun di luar kelas. Semua kegiatan belajar-mengajar hanya terbatas di dalam saja. Kesimpulan yang berasal dari penyelidikan itu adalah bahwa untuk mengingat atau mengingat kembali dalam waktu singkat ada perbedaan yang berarti kelompok-kelompok itu yaitu kelompok yang melakukan studi di luar kelas lebih unggul. Akan tetapi tes mengingat kembali yang dilakukan kemudian memberikan hasil-hasil yang sedikit sekali menguntungkan kelompok ini. Retensi sesudah empat minggu dari kedua kelompok itu kira-kira sama.

4 Tanggapan to “Metode Eksperimen”

  1. wahhh definisi metode eksperimen gw copy ya bro, thanks berat 😀 gw kasih kredit kok

  2. Mana klebihan dan kekurangan na..

  3. kurang lengkap !!!!!!!!!!!!!!!

Tinggalkan Balasan ke Eka Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.